Jadi selama hampir selama seminggu ini gw mengikuti perkembangan WBC 2015 yang diselenggarakan di Jakarta, tepatnya di Istora Senayan. Dari total penyelenggaraan selama 7 hari, gw menonton live mulai dari hari ke dua sampai ke lima. Ini adalah pengalaman pertama gw menonton langsung di Istora senayan. Sudah lama gw penegn nonton langsung tapi belum kesampaian. Mumpung gw lagi gabut gak tau mau ngapain, WBC jadi pelarian gw. haha.
Hari pertama gw masih nonton di kelas I dengan harga tiket 50.000 rupiah, tapi tiga hari berikutnya gw memilih untuk nonton di kelas II dengan alasan posisi kursi yang lebih strategis dan tentu saja dengan harga yang lebih murah. Suasana ketika menonton lewat TV dan nonton secara live ternyata beda banget. Gregetnya lebih parah lagi. Kalau nonton di TV kadang sering jantungan melihat score yang udah kritis, terlebih kelika nonton live.
Menurut gw, pertandingan paling seru adalah ketika Praven Debby melawan China dan Denmark. Pasangan ini memang ahli PHP, karena mereka bisa mengejar hingga empat point tertinggal dan akhirnya menang. Teknik mereka lumayan bagus, terutama Debby. Pemain wanita adalah target utama smash kalau dalam pertandingan ganda campuran, namun ini bisa diatasi oleh Ci Debby. Sayangnya smash yang dia keluarkan tidak cukup kuat untuk menekan lawan, sehingga harus mengandalkan Praven. Praven sendiri masih sering melakukan kesalahan sendiri, hal ini terlihat ketika melawan unggulan satu dari China yang akhirnya mereka tidak dapat lanjut ke semi final.
Permainan yang juga tidak kalah serunya adalah Ahsan dan Hendra ketika melawan non unggulan dari Prancis. Pasangan Prancis ini tau bahwa mereka tidak mungkin melawan Ahsan/Hendra dengan smash attack, makanya mereka memilih untuk bermain netting. Hal ini sempat membuat pasangan nomor satu indonesia kewalahan. Mereka harus bermain rubber set, untungnya mereka bisa memenangkan pertandingan.
Yang terakhir adalah Lindaweni. Linda kali ini sangat berbeda permainannya. Dia bermain sangat taktis dan tidak mudah menyerah, seperti tipikal pemain putri Indonesia yang selalu kelihatan ‘lemas dan lesu’. Linda bahkan berhasil memulangkan tiga pemain unggulan. Puncaknya adalah ketika berhasil mengalahkan pemain dari Taipe. Linda sudah ketinggalan 5 poin, dengan match poin ada di tangan pemain Taipe. Namun dengan kegigihannya dia berhasil memenangkan set ke dua 22-20. Akhirnya pertandingan lanjut ke babak ketiga yang kemudian dimenangkan Lindaweni dengan skor yang lumayan jauh.
Walaupun Indonesia berhasil mengirimkan 4 pemain ke babak semifinal, hanya satu yang lolos ke final yaitu Ahsan/Hendra. Mereka pun kemudian berhasil membawa indonesia menjadi juara dua dengan perolehan 1 emas dan tiga perunggu. Juara umum dipegang oleh China dengan 3 emas. Yang menarik adalah di sektor putri, tidak ada satu pun pemain China yang masuk ke babak Final. Sejarah!
Bermain di Indonesia berarti tidak hanya melawan pemain di lapangan tapi juga harus ‘melawan’ fans fanatik dari tim Indonesia. Mungkin karena itulah Istora dianggap stadion yang keramat oleh pemain dari luar negri. Penonton Indonesia sangat ekspresif, apalagi ketika yang menjadi lawan adalah tim dari China atau Malaysia. haha. Namun kadang kala mereka tidak sportif, menurut gw, karena sering kali mereka me-‘wooo’-ing pemain lawan, sehingga mungkin kehilangan konsentrasi.
Gw juga sempat bertemu Agnes monica ketika pertandingan Greysia/Nitya. Agnes duduk di kursi VIP yang jaraknya hanya beberapa meter dari bangku gw. haha. Aslinya memang cantik dan humble.
Anyway, thanks untuk Ahsan dan Ko Hendra yang sudah memberikan kado untuk Indonesia di ulang tahun kemerdekaan yang ke 70. Semoga dunia bulutangkis Indonesia semakin maju.
Aminn…
2 Responses
Serunya, kebayang deh itu gimana suasana aslinya… Gak direkam video Nate?
udah keasyikan nonton..