Trip To Vatican

Nataniel

Nataniel

Photographer, content designer and trader

. . .

Perjalanan ke negara terkecil di dunia ini gw mulai dari Ponte Umberto. Kemudian menyusuri jalan menuju Castle St. Angelo. Sayangnya antrian untuk masuk ke kastil ini cukup panjang. Karena mempertimbangkan waktu dan cuaca, akhirnya gw skip tempat ini. >.<.

Basilica St. Petrus sudah terlihat dari depan kastil ini. Jantung gw mulai berdebar ketika memasuki kawasan Vatican. Mimpi yang sudah gw rindu-rindukan dari dahulu akhirnya akan segera terkabul. Hehe. 

Seperti yang gw duga sebelumnya, pengunjung Vatican hari itu sangat banyak. Mungkin sekitar puluhan ribu orang. Antrian untuk masuk Basilica St Petrus saja mungkin sekitar 300 meter dari gate. Sempat desperate melihat antrian itu, tapi gw ingat gw sudah membeli tiket online untuk masuk ke Museum Vatican. Ternyata dari museum tersebut kita bisa langsung masuk ke basilica dengan sedikit trik. Hehe. Sebelum menuju museum, gw mengambil beberapa foto mumpung cuaca masih bagus. Dari jauh tampak awan hitam mulai mendekat. Gerimis sempat turun ketika gw menuju Museum Vatican. Untuk menuju Museum Vatican kita harus keluar dari halaman Basilica kemudian menyusurin tembok Vatican. Ternyata antrian di Museum sama saja, panjanggg. Dengan tiket online di tangan gw bisa melenggang dengan bebas menuju gate. Kalau gw harus mengantri, mungkin gw harus menunggu sampai 2 jam kemudian.

Tips untuk mengunjungi Vatican. Pastikan untuk membeli tiket online terlebih dahulu disini. Harganya sekitar 20 euro, lebih mahal 4 euro dari harga umum. Tapi sangat worthed untuk antrian ratusan meter. Pilih jam berapa saja karena ketika masuk ke museum tidak akan diperiksa jam yang tertera di tiket. Tapi untuk jaga-jaga bisa disesuaikan dengan itinerary yang sudah disusun.

Museum Vatican merupakan museum terbesar dan ter’mahal’ yang pernah gw kunjungi. Koleksi di dalam museum ini sangatlah lengkap. Mulai dari peninggalan Mesir sampai ke Koleksi seniman-seniman ternama di Italy seperti Rafael, Bernini, Michaelangelo dll. Museum ini bentuknya seperti lorong waktu atau maze. Pengunjungnya ribuan setiap harinya, jadi ketika masuk sudah tidak mungkin untuk pulang balik karena hampir tidak mungkin untuk bergerak. Hehe. Yang paling ditunggu-tunggu adalah Sistine Chapel. Kapel ini merupakan tempat suci yang digunakan para uskup untuk memilih Paus baru. Di dalam kapel ini kita dilarang untuk berisik dan mengambil foto.

Jika ingin masuk ke Basilica tanpa antri lagi, dari Sistine Chapel langsung menuju pintu di sebelah kanan, ikuti kelompok tour. Kalau tidak salah hanya kelompok tour yang resmi yang diperbolehkan lewat sini. Karena gw sudah menyewa audio guided tour, gw berhak untuk lewat sini.

Setelah keluar dari museum, gw langsung ikut antrian untuk menuju kubah Basilica. Antriannya tidak terlalu panjang tapi kita harus membeli tiket lagi. Ada dua macam tiket, tiket seharga 5 euro harus naik tangga sampai di puncak dan tiket 7 euro dimana setengah perjalanan menggunakan lift. Gw sarankan untuk membeli tiket yang 7 euro jika anda sudah kelelahan. Perjalanan kke Puncak dome tidak gampang karena tangga yang curam dan juga sempit, muat hanya satu orang. Dari puncak kubah kita bisa melihat Vatican City dan juga Roma.

Setelah puas menikmati pemandangan dari atas gw memutuskan untuk turun dan masuk ke Basilica. Di dalam Basilica gw sempat mengikuti misa. Momen yang sangt berarti buat gw karena bisa mengikuti misa di rumah st. petrus ini. Gw bahkan nekat untuk maju ke antrian paling depan ketika komuni, untuk menyaksikan altar yang super megah itu.

Gw meninggalkan Vatikan sekitar jam 8 malam. Ternyata halaman Basilica sudah sangat sepi  dan cuaca sangat cerah, gw mengeluarkan kamera lagi untuk mengambil selfie. Haha.

Setelah itu gw mencari restoran  dan kemballi ke hostel untuk istrahat. Keesokan paginya gw bangun jam 3 pagi untuk negejar bis jam 4.30 ke Bandara. Gw sudah punya tiket online untuk Terravison, jadi gw bisa memotong antrian. The magic of online ticket! Di bis gw bertemu dengan backpacker dari Maroco yang ternyata seorang pramugara. Dia bercerita banyak tentang travelling. Sampai di bandara ternyata antrian untuk check in tidak kalah panjang dengan antrian museum. Gw dan maroko guy itu sudah panik karena takut tidak bisa check in tepat waktu. Untungnya pihak bandara memberikan kemudahan kepada penumpang yang sudah melakukan check in online. Gw bisa langsung menuju gate untuk pemeriksaan barang. Agak lucu juga sih, kesannya tidak strict. Hehe. Yasudalah daripada ketinggalan pesawat.

Dalam pesawat ke Gothenburg gw tidur hampir sepanjang perjalanan. Kalau gak salah pasangan yang di samping gw masih sama ketika gw berangkat ke roma. Tampaknya mereka juga melakukan check in online.

other photos : here

2 Responses

    1. terpaksa naik pesawat karena waktu yang singkat. apalagi dari scandinavia.
      gw prefer kereta atau bus sebenarnya, lebih bisa menikmati perjalanan.
      karna menjelang summer, matahari tenggelamnya lebih lama. hehe

Leave a Reply

Archives