Demi Sesuap Nasi

Nataniel

Nataniel

Photographer, content designer and trader

. . .

Tadi siang ketika gw lagi membeli makan siang di warung langganan, ada seorang bapak-bapak melintas di depan warung. Sejumlah benda hitam yang tersusun rapih menggantung di pundaknya, gw tidak tau benda apa yang dia bawa.

“Remot tivi… remot tivi” kata dia sambil berteriak.

Oh, ternyata dia seorang penjual remot tv keliling. Sejenak gw tertegun. Di jaman sekarang ini masih adakah yang membeli barang dagangan dia? Dagangan beliau merupakan barang yang tahan lama, jadi probabilitas seseorang untuk mengganti atau membeli remot tv sangatlah kecil.

Gw pribadi jika remot tv gw rusak, mungkin gw akan memilih untuk menggantinya di toko yang lebih resmi. Selain itu, penjual itu tidak keliling di satu daerah setiap hari. Hal itu makin menurunkan probabilitas penjual itu bertemu dengan orang/rumah yang membutuhkan remot pengganti.

Pertanyaannya, berapa banyak remot yang dia bisa jual dalam satu hari? entah.

Untuk menambah kemungkinan terjualnya dagangan, dia pasti harus berjualan di daerah dengan cakupan yang luas. Berpindah-pindah setiap hari. Belum habis pikir, apakah dia bisa hidup dengan penghasilan dari berjualan remot? Sepertinya effort yang dia keluarkan tidak berbanding lurus dengan pendapatan yang dia dapatkan.

Pedagang seperti ini banyak kita temukan dimana-mana. Misalnya seorang bapak tua yang menjual tissue di pinggir jalan, kakek yang berjualan amplop, ibu-ibu yang berjualan pulpen, dan masih banyak lagi.

Berdasarkan hukum ekonomi, mungkin pekerjaan mereka ini ‘bodoh’. Menjual barang dengan demand rendah. Haruskah kita menggurui mereka? Mungkin saja pendidikan atau keahlian mereka hanya cukup untuk melakukan hal ‘bodoh’ tersebut.

Namun masih ada sisi positif yang mereka miliki, yang mungkin orang berpendidikan seperti kita tidak miliki. Kegigihan mereka. Gw respect dengan usaha mereka, memilih untuk berjuang daripada meminta-minta sebagai pengemis.

Suatu saat, jika kita bertemu dengan mereka, cobalah untuk membeli barang mereka walaupun kita tidak butuh. Cobalah cari alasan untuk bisa membeli dagangan mereka.

“Rejeki sudah ditentukan oleh Tuhan”

7 Responses

  1. Merinding terharu gw Nate. Pernah loh ada bapak tuaaa banget jualan mainan anak yang udah kunoo banget maenannya. Maenan jaman gw kecil dulu. Haduh. Langsung gw ama beberapa temen borong itu maenan. Cuma yamasa tiap hari kan ya? :(

  2. setuju dengan tulisan diatas,,, tapi kudu ati2 juga terkadang beberapa oknum nakal bersembunyi di balik seragam kepolosan mereka untuk melakukan aksi nakal,,, seperti memantau rumah mana yang tidak berpenghuni setelah itu mereka bebas untuk melakukan aksi jahat…

Leave a Reply

Archives