Untuk pertama kalinya gw ikut misa secara online. Dengan adanya wabah virus corona ini, semua kegiatan di gereja dihentikan. Pagi ini gw ikut perayaan misa yang disiarkan secara live streaming dari Katedral Jakarta. Misa dipimpin oleh Romo Hani.
Awalnya gw agak canggung karna berfikir bakalan tidak bisa konsentrasi, tapi ternyata salah. Gw masih bisa konsentrasi dan mengikuti seluruh prosesinya. Selain Romo, tetap ada lektor dan juga ‘koor’ walaupun hanya beberapa orang. Yang tidak ada adlah puta altar. Mungkin karena. Selain itu Komuni tidak ada. Jumlah umat yang mengikuti misa ini sekitar 28 ribu orang. Jumlah yang lumayan besar dibandingkan kapasitas Katedral yang idealnya menampung 900 orang.
Yang menarik adalah, di sisi kanan bawah layar ada orang yang menampilkan bahasa isyarat untuk penyadang tuna rungu. Gw berusaha untuk tidak memperhatikannya karena kadang ekspresinya lucu. Hehe. Tapi sebenarnya ekspresi itu penting bagi teman-teman yang tuna rungu, ekspresi itu membantu mereka untuk lebih bisa memahami isyarat yang diberikan.
Di media social sendiri yang lagi trending adalah Rumah Sakit datau tenaga medis yang kekurangan alat kesehatan dan alat perlindungan diri. Mereka terpaksa menggunakan jas hujan atau plastik untuk melindungi diri. Sangat memilukan melihatnya. Mereka memiliki resiko paling besar karena berhubungan langsung dengan para penderita. Diberitakan juga bahwa sudah ada beberapa dokter yang meninggal karena terpapar virus corona selama menangani pasien di RS. Mereka benar-benar pahlawan di masa krisis ini.
Gw berusaha untuk mengurangi membaca tweet yang hanya menyalahkan pemerintah atau pihak-pihak tertentu. Pemerintah memang banyak ‘kesalahan’ sih, tapi kita semua masih belajar. Negara lain juga masih belajar, tidak ada yang benar-benar siap ketika virus ini datang. Semoga pemerintah bisa segera menemukan cara paling tepat untuk menangani kasus ini.