Investasi di bitcoin memang sangat beresiko, karena nilainya terlalu volatile, atau terlalu liar. Sejak diperkenalkan oleh Satoshi Nakamoto dan diperdagangkan pertama kali pada tahun 2009, nilainya bahkan lebih rendah dibandingkan dengan sepotong pizza. Sekarang, nilainya sudah pernah melebihi USD 4000 atau dalam rupiah pernah mencapai 64 juta per koin di pasar Indonesia.
Dalam kurun waktu sekitar 8 tahun, nilai bitcoin sudah naik beribu kali lipat. Bayangkan jika pada tahun 2009 kita memiliki 100 coin, berapa jumlahnya sekarang? Ada yang memperikirakan dalam waktu 10 tahun kedepan, nilai bitcoin bisa mencapai $100.000 per koin. Nilai yang sangat besar.
Jika mengikuti track record bitcoin selama ini, nilai tersebut tentu saja masih masuk akal, mengingat masyarakat semakin meminati investasi di bidang ini. Banyak yang optimis jika suatu saat nanti bitcoin akan menjadi salah satu instrumen yang legal untuk menggantikan mata uang konvesional.
Kelebihan sekaligus kekurangan bitcoin adalah tidak adanya pihak yang secara mutlak mengatur peredaran mata uang ini. Tidak seperti mata uang konvensional yang diatur oleh bank central dari masing-masing negara. Bitcoin bisa dibilang diatur oleh siapa saja yang memilikinya. Selain itu, biaya untuk pemindahan bitcoin dari satu orang ke orang lain bisa dibilang hampir gratis. Dengan demikian, bitcoin ini rawan digunakan sebagai sarana untuk money laundry.
Pertanyaannya apa yang menyebabkan nilai bitcoin ini menjadi bombastis saat ini. Bitcoin sebenarnya mirip seperti emas, jumlahnya terbatas dan diminati oleh pasar. Jadi secara tradisional, harga bitcoin dipengaruhi oleh supply and demand.
Supply and demand sendiri bisa dipengaruhi oleh psikologi investor itu sendiri. Sering kali harga bitcoin dipengaruhi oleh berita-berita ekonomi yang tersebar. Misalnya ketika Jepang mengeluarkan statement kalau mereka akan membuat regulasi mengenai penggunaan bit coin. Saat itu nilai bit coin langsung melonjak. Terakhir ada statement yang dikeluarkan oleh petinggi JP Morgan yang mengatakan bahwa bitcoin adalah fraud, dan akan segera collaps. Nilai bitcoin langsung jatuh hanya dalam sehari. Psikologi ini persis terjadi di dunia saham.
Di dunia saham terdapat sebuah istilah Bandar, atau dalam bahasa internasionalnya market-speculator. Bandar ini bisa jadi sebuah institusi atau orang per orang yang memiliki dana yang sangat besar. Dengan dana ini, dia bisa menggerakkan nilai saham dengan mudah, istilahnya menggoreng saham. Prinsipnya adalah mereka mengumpulkan lembar saham sedikit demi sedikit dalam waktu minggu, bulanan atau tahunan. Jika diraasa sudah cukup amunisi, mereka mulai menaikkan harga sampai dengan harga yang diinginkan. Jika sudah tercapai, mereka akan langsung menjual seluruh barang yang mereka miliki.
Disini faktor psikologis sangat berperan penting dan yang sering jadi korban adalah trader retail. Mereka tidak trading dalam jumlah besar namun, jumalah trader retail ini sangat banyak. Reatil yang hanya ikut-ikutan akan segera membeli saham karena tergiur dengan return yang tinggi. Namun ketika bandar membanting harga, mereka hanya bisa gigit jari setelah menyadari mereka nyangkut di harga yang tinggi. Been there :D
Kalau konsep bandar ini dipraktekkan dalam bitcoin, apakah mungkin? Seberapa besar dana yang dibutuhkan?
Seperti yang saya sampaikan tadi, dalam bitcoin tidak ada yang mengatur pergerakan nilainya, lain hal dalam dunia saham ada lembaga tertentu yang ditugaskan oleh negara untuk mengawasi pasar dalam sebuah negara. Jadi harga saham cukup terkendali. Walaupun ada bandar, tapi ada batasan tertentu dimana harga saham bisa naik atau turun berapa persen, berdasarkan fraksi harga saat itu.
Nilai saham adalah sama dimana-mana di dunia ini. Jika investor asing ingin membeli saham BBCA, mereka harus membelinya di Bursa Efek Indonesia melalui broker masing-masing.
Bagaimana dengan bitcoin? Seperti halnya saham atau emas, bitcoin juga diperdagangkan di pasar, dalam hal ini dikenal sebagai Marketplace. Di dunia ini terdapat banyak marketplace yang tidak saling berkaitan/decentralized. Karena konsepnya yang tidak tersentralisasi, nilai bitcoin di marketplace yang satu dengan yang lain tidak sama. Bisa jadi marketplace di negara/kota A lebih mahal daripada di negara/kota B.
Jika suatu market memiliki pelanggan yang banyak, otomatis volume transaksi yang diperdagangkan setiap waktu sangat besar. Jika pelanggannya sedikit, volumenya juga akan kecil. Volume ini kemudian kita sebut market capitalization.
Market capitalization ini yang menjadi kunci dalam konsep bandarmology. Jika suatu saham memikili market cap yang kecil, maka bandar akan dengan mudah mengendalikan harganya. Namun sebaliknya, jika market cap nya besar, bandar harus mengeluarkan banyak dana untuk menggoreng saham tersebut.
Sejauh pengamatan saya selama ini, nilai bitcoin antara marketplace di semua negara tidak terlalu berbeda jauh, paling selisih 1 atau 2 juta. Jadi jika dilihat dari grafik pergerakan nilai bitcoin dari waktu ke waktu antar marketplace relatif identik.
Kenapa bisa begitu? Apakah murni karna faktor psikologis dimana ?
Selain faktor psikologis, apakah ada bandar besar yang bermain di bitcoin? Jika iya, artinya dia harus masuk ke semua marketplace di dunia ini, setidaknya di marketplace yang besar. Bayangkan berapa dana yang dia investasikan untuk membentuk harga, melawan para retail.